Jumat, 01 April 2011

Hakikat Musik

Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam:

  • Bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengar.
  • Suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya.
  • Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik
Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali. Ada beberapa pendapat mengenai musik, diantaranya :
  • Aristoteles mengatakan bahwa musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
  • Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris mempertimbangkan musik sebagai seni murni tertinggi yang terhormat. Dengan demikian musik adalah pengalaman estetis yang tidak mudah dibandingkan pada setiap orang, sebagaimana seseorang dapat mengatakan sesuatu dengan berbagai cara 
  • Menurut ahli perkamusan (lexicographer) musik ialah: ”Ilmu dan seni dari kombinasi ritmis nada-nada, vokal maupun instrumental, yang melibatkan melodi dan harmoni untuk mengekspresikan apa saja yang memungkinkan, namun khususnya bersifat emosional” 
  • Romain Rolland berpendapat bahwa musik adalah suatu janji keabadian. 
  • Sydney Smith musik ialah satu satunya pesona termurah dan halal di muka bumi. 
  • Goethe berpendapat bahwa musik mengangkat dan memuliakan apa saja yang diekspresikannya. 
  • Mendelssohn meyakini bahwa musik dapat mencapai suatu wilayah yang kata-kata tidak sanggup. 
  • Tchaikovsky berkata bahwa musik adalah ilham yang menurunkan kepada kita keindahan yang tiada taranya. 
  • Prier mengatakan musik merupakan curahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama.
Namun terlepas dari semua itu, penulis melihat bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk berpendapat mengenai pengertian musik. Itu tergantung dari sudut pandang seseorang, latar belakang seseorang, kepribadian seseorang, lingkungan dan banyak lagi faktornya. Mungkin bisa di bilang juga, musik adalah sesuatu yang abstrak. Bisa dirasakan atau di dengar namun tidak bisa di ungkapkan. Sama hal nya dengan perasaan hati seperti sedih, kesal, marah, cinta, dan lain-lain. Kita tahu apa itu sedih, apa itu cinta, tapi setiap orang akan berbeda dalam mendefinisikannya ataupun mengungkapkan pendapatnya.

Mungkin disini penulis ingin mengambil sebuah kesimpulan tentang musik meskipun kesimpulan ini penulis yakini berbeda dengan kesimpulan anda. " Musik adalah Kesatuan bunyi yang beraturan dan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi seseorang yang merasakan ataupun mendengarnya ".

Selasa, 29 Maret 2011

[MusisiJanganBunuhDiri] JadiLah Musisi ‘Kupu-Kupu’

 Kupu-kupu yang lucu, kemana engkau pergi
Hilir mudik mencari, bunga-bunga yang mekar
Masihkah ingatkah Anda dengan penggalan lagu anak-anak itu? Mungkin kalau anak-anak sekarang tidak terlalu akrab dengan lagu tersebut. Maklumlah, lagu sederhana dengan lirik apik itu kalah bersaing pop-star macam radja, Peterpan atau Samsons. Padahal pesannya bagus. Tapi pernahkah kita mencoba mengorek makna apa yang terkandung dalam lagu anak-anak itu?
Siapa sih yang mau repot bicara soal kupu-kupu? Bisa-bisa ‘dituduh’ kurang kerjaan saja. Padahal dari serangga indah ini, kita bisa belajar banyak hal. Tak Cuma soal bagaimana mereka hinggap pada bunga-bunga yang mekar dan menebarkan ‘pertolongan’ pada bunga itu untuk berbuah dan berbunga, tapi bagaimana alam lewat kupu-kupu memberi arti makna berbuah. 
Mungkin di rumah Anda, berjejer deretan kupu-kupu langka [dan mahal] yang sudah diawetkan dan mengisi ruang kaca Anda. Membelinya dengan harga ratusan ribu hingga jutaan rasanya tak berat, tapi ketika belajar soal filosofi kupu-kupu, akan menjadi ‘hari-hari yang melelahkan’ saja.
Ketika masih menjadi ulat, mungkin saja membuat kulit kita pernah gatal. Tapi kupu-kupu ‘membalasnya’ dengan memberi keindahan komposisi warna pada sayap-sayapnya yang indah.  Satu hal yang bisa kita ambil, sinergi kodrati ulat menjadi kupu-kupu adalah pengejawantahan hubungan yang saling melengkapi.  Ulat belum disebut “sukses” ketika gagal menjadi kupu-kupu. Sementara kupu-kupu tak bisa langsung menjelma dengan segala keapikannya, tanpa menjadi ulat sebelumnya.
Kupu-kupu kemudian bersinergi dengan bunga, untuk menghasilkan buah dan bunga yang apik dan segar. Kupu-kupu memberi pelajaran, bagaimana menjadi berguna untuk makhluk lain.  Kaca benggala yang bisa kita ambil, melakukan banyak hal, mempunyai banyak kepandaian, kecerdikan, kekayaan, dan cinta, tak akan berguna ketika kita tidak melihat orang lain merasakannya.  Kita harus berbuah bukan untuk diri sendiri, tapi juga orang lain. Betapa pun kecilnya buah yang kita hasilkan. Saya hanya ingin mengatakan, jadilah manusia yang menginspirasi positif, sekecil apapun itu.

BAHASA TUBUH Sebagai ‘Public Relation’

SEBENARNYA, ini hanya soal bagaimana bersikap dan menjadikan tubuh sebagai “humas” dalam menghadapi manusia lain. Kesannya sepele bukan? Tapi justru karena sepele-nya itulah, banyak yang meremehkan dan menjadikannya ‘penjeblos’ pada kesan pertama yang tidak enak.
Hal itu berlaku di semua lini usaha, termasuk industri musik. Banyak band, solois atau petinggi label sekalipun, tidak pernah berpikir bahwa tubuh dan semua gerakannya adalah “humas” yang efektif untuk memberikan kesan pertama yang menyenangkan. Yang terjadi apa? Banyak yang memberikan pencitraan sombong, sok, atau rasa percaya diri yang terlalu kuat. Kesannya kemudian, angkuh dan belagu.
Dalam setiap coaching kepada band, musisi atau penyanyi baru [sebenarnya yang disebut lama juga pernah], salah satu hal yang saya tekankan kepada mereka adalah body language. Bagaimana gerakan tangan, gerakan tubuh, atau mata bisa mempengaruhi orang yang kita ajak bicara.
Saya pernah meng-coaching seorang artis yang sekarang ngetop,  dan mengingatkannya tentang bahasa tubuhnya yang terlalu lebay. Awalnya, semua masukkan memang dilakukannya. Tapi entah kenapa, belakangan dia mala kembali ke gaya asalnya. Dan apa yang terjadi? Di kalangan media, dia disebut artis dengan bahasa tubuh lebay. Ini terlepas dia punya tubuh yang indah atau apapun.
Konon, memperbaiki bahasa tubuh dapat membuat perbedaan yang besar ketika seseorang menilai kepribadian kita. Ketika dalam preskon, musisi itu bisa menjawab pertanyaan dengan menyenangkan dan bahasa tubuhnya sederhana saja tapi kelihatan cerdas, percaya deh media lambat laun akan mengejarnya untuk memegang jadual wawancara.
Lalu bagaimana caranya band atau musisi [apalagi yang pemula], mengerti bahwa bahasa tubuhnya sudah enak atau nyebelin? Tidak perlu kursus kepribadian. Karena kepribadian itu inner-beauty, bukan muncul di tempat kursus ya. Tapi perhatikan, beberapa hal yang mungkin membantu para popstar, rockstar, jazzstar atau dangdutstar, menjadi orang yang kesan pertamanya mengesankan.
Lihat Lawan Bicara, Tapi Bukan Menatapnya.
Kalau kamu menatap, bisa dianggap menantang loh. Mau, wawancara akhirnya jadi berantem? Dengan melakukan kontak mata, kamu dapat membuat hubungan pembicaraan menjadi lebih baik dan dapat melihat apakah mereka sedang mendengarkan anda atau tidak. Namun juga bukan dengan menatapnya (terus menerus), karena akan membuat lawan bicara kamu menjadi gelisah. Yang ada wawancara dan obrolan malah jadi berantakan.
Merespon Dengan Mengangguk
Mengangguk menandakan bahwa kamu memang sedang mendengarkan. Namun bukan berarti kamu mengangguk berlebihan (terus menerus dan cepat). Kalau terlalu lebay malah kelihatan kaya celengan semar, manggut-manggut nggak jelas. Yang wajar-wajar saja.
Tersenyum dan Rileks.
Man, jangan terlalu serius. Wawancara itu bukan sidang skripsi. Coba untuk santai, tersenyum bahkan tertawa jika seseorang menceritakan sesuatu hal yang lucu. Orang akan cenderung mendengarkan jika kamu terlihat sebagai orang yang positif. Namun juga jangan menjadi orang yang pertama kali tertawa jika kamu sendiri yang menceritakan cerita lucunya, karena kamu akan terkesan gugup dan seperti minta dikasihani. Tersenyumlah ketika berkenalan dengan seseorang, namun jangan pula tersenyum terus menerus karena, bisa dianggap nggak waras. 
Percaya Diri Dengan Kepala Tetap Lurus.
Jangan melihat ke bawah saat berbicara dengan wartawan atau fans. Kamu akan terlihat seperti tidak nyaman berbicara dengan lawan bicara dan juga terlihat seperti orang yang tidak percaya diri.
Santai & Enjoy .
Ini bisa berlaku untuk apa saja. Buat kamu yang mempunyai kebiasaan ngomong cepat, cobalah sesekali untuk memperlambat. Selain kamu akan terlihat lebih tenang dan penuh percaya diri, juga akan merasakan tingkat stress berkurang.
Hindari Gerakan Gelisah
Ok, kamu mungkin was-was dengan pengalaman pertama wawancara bersama wartawan. Tapi jangan kelihatan “ketakutan” begitu. Hal-hal gak penting, seperti menyentuh muka, menggoyang-goyangkan kaki atau mengetuk-ngetuk jari di atas meja dengan cepat, harus dihindari. Gerakan-gerakan semacam itu menunjukkan bahwa kamu gugup dan dapat mengganggu perhatian lawan bicara.
Jaga Sikap Kamu.
Apa yang kamu rasakan akan tersalur lewat bahasa tubuh dan dapat menjadi perbedaan yang besar terhadap kualitas hubungan kamu dan lawan bicara. Tetaplah jaga sikap yang positif, terbuka dan santai.
Perlu diingat bahwa kamu dapat mengubah bahasa tubuh yang kurang baik, tentu saja selama kamu memahami bahwa untuk menciptakan kebiasaan yang baru memerlukan sebuah proses. Jangan juga mencoba melakukan semua dengan sekaligus karena akan membuat kamu bingung dan penat.
+++
Saran saya sih, fokus saja pada 2-3 bahasa tubuh yang menjadi prioritas dan perbaiki terus menerus selama 3-4 minggu. Setelah waktu tersebut kamu akan menciptakan suatu kebiasaan yang baru. Kemudian kamu dapat melanjutkannya lagi untuk 2-3 bahasa tubuh berikutnya.
Ingat, kamu sudah masuk ke industri yang dilihat jutaan orang. Kalau masih membawa attitude jalananmu, attitude yang tidak peka dengan orang lain, akan sulit mendapatkan respek dari orang lain juga. Jadi, berikan kesan positif dalam setiap dialog dan wawancara yang kamu lakukan. Berani?

Jangan Jadi Musisi Karbitan

MENJADI musisi keren, terkenal dan kaya nampaknya masih jadi impian wajib yang dianut oleh banyak anak muda dari waktu ke waktu. Dari era awal berkembangnya musik-pun, impian utk menjadi rock/popstar sudah membius imajinasi anak muda dimana saja.
Mereka membayangkan dirinya tenggelam dalam tumpukan kemewahan materi, first-class attitude dimanapun mereka berada, dikerumuni groupies yang mau melakukan apa saja demi kemauan mereka tanpa terkecuali, dan seribu mimpi-mimpi lain yang mengumbar kebebasan hidup mereka. Benar-benar nikmat bukan? Tetapi ironisnya, banyak musisi muda yang terlalu memaksakan impian tersebut untuk segera menjadi kenyataan. Bagus juga sih, apabila mimpi itu bisa memotivasi untuk lebih giat berkarya. Akan tetapi tidak sedikit yang lupa diri sehingga mereka melupakan suatu proses yg harus dilaluinya sebagai syarat wajib meraih kesuksesan.
Betul, untuk menjadi musisi besar bukan hanya dengan memperbanyak jam terbang di berbagai event, yang kemudian akan melebarkan sayap ketenaran mereka. Tetapi pernahkah mereka sebelumnya membayangkan konsekuensi yang harus dihadapi sebagai seorang musisi? Pernahkah membayangkan benturan-benturan yang akan terjadi dalam kehidupan pribadi dengan kompetensi di dunia entertain? Jika belum, maka disinilah permasalahannya!
Sebenarnya seberapa jauh mental dan kemampuan berkarya mereka telah disiapkan? Apakah hanya dengan menjual gossip murahan nantinya akan mampu menyelamatkan eksistensi mereka? Belum tentu! Inilah saatnya kita sadar bahwa dunia musik adalah suatu pilihan dan membutuhkan pengorbanan, sama seperti profesi lain.
Bayangkan bahwa kita harus menjaga kesegaran pikiran, fisik dan mental agar totalitas dan performa kita selalu terpelihara untuk jangka panjang. Selalu siap merangkum ide segar untuk dijadikan materi lagu untuk modal awal sebuah band.
Menjaga keutuhan band agar selalu dalam keadaan kondusif dan menjamin keutuhan komunikasi antar personil, tak lupa bahwa kita harus memilah kepentingan pribadi dengan kepentingan band pula agar tidak terjadi ketimpangan dalam suatu group. Dan disini pula saya katakan bahwa skill individu menempati nomor urutan yg kesekian setelah syarat utama sebuah band,yaitu: solid.
Memang sah saja apabila banyak terjadi fenomena artis karbitan hanya karena sesuatu yang dinilai unik tanpa bisa dipertanggung jawabkan dalam unsur estetika musikal, seperti halnya yg terjadi di industri musik kita. Cuma saya pribadi yakin bahwa hal tersebut tidak akan berlangsung lama, seperti halnya sebuah trend yang sebetulnya hanya akan memberikan keuntungan bagi label rekaman saja. 
Tak ada salahnya dan bukan bermaksud muluk-muluk bila sejenak kita melihat band living legend kelas dunia seperti The Rolling Stones, Metallica, U2, Motley Crue hingga Iron Maiden. Mereka pun tidak begitu saja meraih kesuksesan. Pelajarilah bagaimana mereka me-maintain band tersebut selama berpuluh tahun, menjaga hubungan dengan member lain agar tetap sinergis, serta menjaga kualitas musik mereka tetap dalam komposisi dan stamina yang prima.
Kadang saya sendiri merasa ikut bahagia ketika melihat Nikki Sixx dan Tommy Lee saling bercanda di twitter seolah mereka masih merasa berusia sekitar 25 tahun, ataupun melihat gaya bercanda personil Iron Maiden di panggung setelah lebih 30 tahun mereka berjuang bersama.
Ketika mereka ditempa oleh waktu dan tuntutan yang berjalan, maka antara kepribadian dan musikalitas personal akan berjalan selaras tanpa beban. Dengan catatan bahwa mereka telah berkomitmen utk terus semangat dalam berkarya, terlepas impian menjadi superstar di kemudian hari (ataupun tidak). [nuza]
*penulis adalah penggagas Rockagila 2011 & vokalis/gitaris band heavy metal ZUES Jogjakarta

Cara Menjadi Musisi Hebat

SEBENARNYA, menjadi musisi, menjadi penyanyi, composer atau segala tetek bengek yang berhubungan dengan musik, tak hanya bicara soal teknis, pembelajaran, akademis dan skill semata. Kalau ada yang berpikir bahwa menjadi musisi adalah sekadar menguasai instrument dengan baik, satu atau lebih alat musik, tampaknya bisa diperdebatkan.
Memang, menguasai instrument musik mungkin bisa disebut “sentral” ketika menjalani profesi sebagai musisi. Tapi ingat, ada hal-hal lain yang bisa membuat kamu yang tidak sejago musisi lainnya, tapi bisa berkembang dan justru bisa jadi musisi yang mumpuni.
Ada beberapa hal acuan untuk menjadi seorang musisi yang berkualitas, yang penulis sarikan dari beberapa sumber. Semoga bisa menjadi komparasi untuk memilih yang terbaik. Dan tentu saja ketika memutuskan jadi musisi, jadi musisi yang baik.
1.Aransemen:
Kedengarannya susah, dan ternyata memang tidak mudah. Tapi ketika kamu menguasai teori musik dasar, sebenarnya saat itu kamu bisa belajar soal aransemen ini. Lakukan eksperimen dengan instrument yang kamu kuasai dan mulailah berkreasi dengan musikmu.
2. Aksi Panggung:
Setelah bisa membuat aransemen, cari panggung dan peluang yang bisa membuat karyamu didengar dan diapreasiasi orang. Untuk pemula atau yang baru merintis karir sebagai rockstar atau popstar, penguasaan panggung, komunikasi dengan audiens, adalah pengalaman berharga dan pasti penting. Kelak, kamu bisa memilih panggung mana yang ingin kamu main. Dengan catatan, apresiasi terhadap musikmu mulai didapat. Kalau untuk pemula, panggung-panggung lokal dan kecil, bolehlah dicoba sebagai pemanasan.
3. Gabung Ke Komunitas Musik
Mencari komunitas atau lingkungan bermusik yang sehat, tentu akan membuat skill dan kemampuan personalmu meningkat. Kalau berada di area yang sama sekali tidak ngerti teknis, komposisi dan aransemen, agak sulit tentunya untuk mengembangkan diri. Bergabung dengan band, paduan suara, chamber, atau orkestra, bisa mengasah teknis invidu kamu.

4. Intim Dengan Instrumen

Ternyata keintiman dengan alat musik dan instrument yang kita kuasai, memberi satu sugesti untuk bisa memainkannya dengan fun, rileks dan menggunakan hati. Ini tidak melulu bicara soal waktu belajar yang ditambah, waktu kursus yang digeber, atau latihan ngeband-nya juga ditambah. Tapi lebih kepada ‘perasaan’ memiliki ‘rasa’ dan emosi yang bisa didapat dari instrumen yang dikuasai. Misalnya, seorang gitaris harus tahu dan paham benar soal string, titi nada yang nyaman dan bisa memainkannya dengan enak dan menyenangkan. Atau seorang pemain biola [violinist] yang mengerti suara instrument itu, seolah sedang menikmati suara itu sendiri. Kepekaan emosional dengan instrument ternyata jadi hal penting.
5. Diversify (kreatif & unik)
Sebagai seorang musisi, mungkin kita punya acuan musik yang jadi kiblat kita. Tapi mencoba menelisik dan kemudian belajar menikmati musik yang tidak biasa kita dengar, akan membantu wawasan kita. Misalnya kamu tidak suka dengan ska, punk atau rock misalnya. Cobalah “menyentuhnya’ dengan alat musikmu. Kadang-kadang ditemukan satu “kenikmatan” dan style musik yang enjoy dan fun, dari ketidaksukaan terhadap musik itu sendiri. Paling tidak punya pengalaman baru bermain-main di area yang tidak kita kenal sebelumnya.

6. Mendengar, Mendengar & Mendengar Musik

In Melatih kepekaan telinga terhadap musik. Hal ini harus kita latih terus menerus dibanding sekadar bermain musik tanpa juntrungan yang jelas. Di era sekarang yang teknologi sudah di depan mata, ada banyak cara dan peluang untuk mendengar dan mengerti sebuah komposisi dengan lebih baik. Ini akan membantu kita, saat mendengar satu komposisi musik yang mungkin kurang nyaman baik dari karya sendiri atau komposisi milik musisi lain.
7. Diet Musikal:
Mungkin istilah ini terasa aneh. Tapi maksudnya begini. Seperti orang yang sedang diet, kamu harus fokus dengan instrument apa yang ingin kamu mainkan. Itu tentu saja untuk mendapat hasil terbaik. Fokus dan berlatih menjadi salah satu acuan untuk menjadi seorang musisi yang baik dan berhasil.
Guys, apa yang sudah dibeber, mungkin secara teoritis. Tapi apa yang sudah ditulis di atas, berdasar penelitian ilmiah di Inggris loh. Tapi rasanya, di Indonesia pun tidak jauh berbeda bukan? So, Siap jadi musisi?